Senin, 11 Mei 2009

PLURALISME

“ Wahai manusia, sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi ALLAH ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh ALLAH maha mengetahui, maha teliti.” (QS. Al-Hujurat : 13)”.

KEBERAGAMAN DALAM DUNIA ISLAM
Keberagaman atau perbedaan merupakan sunnatulloh, sama seperti halnya setiap benda yang diatas akan jatuh kebawah. keberagaman bukanlah merupakan suatu warisan dari nenek moyang kita. Namun. keberagaman merupakan sebuah fenomena yang unik di dunia ini, yang menjadikan rahmat bagi orang-orang yang mampu memahaminya serta mampu untuk menjaga ego pribadi yang menyelimuti setiap jiwa seseorang.

Namun, keragaman/perbedaan ini akan mampu memecahkan umat ketika orang-orang didalamnya tidak mampu untuk menghargai perbedaan dari orang lain. Pluralitas tidak dapat diidentikan dengan situasi cerai-berai atau perpecahan yang tidak mempuntai tali yang mengikat semua pihak, tidak juga menunjukan situasi cerai-berai yang sama sekali tidak memiliki hubungan antar masing-masing pihak. Sadar atau tanpa sadar sekarang banyak orang yang meidentikan perbedaan dengan perpecahan dan permusuhan. Namun, pluralitas juga tidak bisa disematkan dengan kesatuan yang tidak mempunyai parsial-parsial atau bagian-bagian, kemudian bagian-bagiannya dipaksa untuk tidak menciptakan ciri khas atau keunikan tersendiri.
Pluralitas dengan penciptan manusia
pluralitas atau kemajemukan merupakan “ciptaan ilahi”, dan bukan sekedar sesuatu yang dibolehkan atau hanya semacam hak asasi manusia. Pluralitas dipandang oleh Al-Qur’an sebagai pokok yang konstan, kaidah yang abadi, dan sunnah ilahi yang berfungsi sebagai pokok pendorong untuk saling berkompetisi dalam melakukan kebaikan dan sebagai motivator yang mengevaluasi dan sebagai motivator yang memberikan evaluasi dan memberikan tuntunan dalam dalam perjalanan bangsa-bangsa pemilik peradaban-peradaban dalam mencapai kemajuan mereka. Pluralitas adalah sumber motivator terwujudnya penggambaran hidup yang terancar keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan dan kekhasan masing-masing perbedaan tersebut.
Allah berfirman:
“jikalau tuhanmu mrnghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi meraka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang yang diberi rahmat oleh tuhanmu, dan, untuk itulah Allah menciptakan mereka…”(Hud, 118-119).

Begitu juga Allah mengutus Muhammad sebagai rahatal lilalamin, artinya dengan diutusnya Muhammad sebagai rasul akan membimbing manusia untuk dapat mengendalikan perbedaan yang terjadi pada saat itu.
Keragaman dan Perbedaan Ketika Zaman Rosul
Kondisi jazirah yang luasnya membentang antara satu juta mil kali satu juta tiga ratus ribu mil ketika itu terdapat beberapa kelas masyarakat, yang kondisinya sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bermacam-macam kabilah (sebuah pemerintahan kecil yang asas keberadaannya adalah kesatuan fanatisme, adanyana manfaat timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar) mewarnai kehidupan di jazirah. Dengan adanya berbagai macam golongan dan status masyarakat yang dibeda-bedakan akibatnya kondisi social mereka bias diatakan lemah dan buta, kebodohan mewarnai berbagai aspek kehidupan, manusia hidup layaknya binatang, wanita di perjualbelikan bahkan di perlakukan layaknya benda mati, para pemegang kekuasaan dipenuhi kekeyaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat diperankan sebagai penghadang musuh.
Dalam kondisi seperti inilah rasululah dilahirkan dari keluarga bani hasyim di Mekah pada senin pagi, permulaan tahun pada peristiwa gajah. Sejak zaman kejayaan islam yaitu pada abad XVII-XX islam telah hidup dalam keberagaman (pluralitas). Banyak suku dengan berbagai adat yang dibawanya
Rosul berusaha untuk mengambil hati orang –orang arab yang masih mempunyai kehanifan yang tinggi dengan perbuatan lemah-lembut yang rosul tunjukan kepada mereka. Tapi tidak jarang rosul turun ke medan perang untuk mengajak umat kepada persatuan umat dalam ketauhidan.

“ Wahai manusia, sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi ALLAH ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh ALLAH maha mengetahui, maha teliti.” (QS. Al-Hujurat : 13)”.

KEBERAGAMAN DALAM DUNIA ISLAM
Keberagaman atau perbedaan merupakan sunnatulloh, sama seperti halnya setiap benda yang diatas akan jatuh kebawah. keberagaman bukanlah merupakan suatu warisan dari nenek moyang kita. Namun. keberagaman merupakan sebuah fenomena yang unik di dunia ini, yang menjadikan rahmat bagi orang-orang yang mampu memahaminya serta mampu untuk menjaga ego pribadi yang menyelimuti setiap jiwa seseorang.

Namun, keragaman/perbedaan ini akan mampu memecahkan umat ketika orang-orang didalamnya tidak mampu untuk menghargai perbedaan dari orang lain. Pluralitas tidak dapat diidentikan dengan situasi cerai-berai atau perpecahan yang tidak mempuntai tali yang mengikat semua pihak, tidak juga menunjukan situasi cerai-berai yang sama sekali tidak memiliki hubungan antar masing-masing pihak. Sadar atau tanpa sadar sekarang banyak orang yang meidentikan perbedaan dengan perpecahan dan permusuhan. Namun, pluralitas juga tidak bisa disematkan dengan kesatuan yang tidak mempunyai parsial-parsial atau bagian-bagian, kemudian bagian-bagiannya dipaksa untuk tidak menciptakan ciri khas atau keunikan tersendiri.
Pluralitas dengan penciptan manusia
pluralitas atau kemajemukan merupakan “ciptaan ilahi”, dan bukan sekedar sesuatu yang dibolehkan atau hanya semacam hak asasi manusia. Pluralitas dipandang oleh Al-Qur’an sebagai pokok yang konstan, kaidah yang abadi, dan sunnah ilahi yang berfungsi sebagai pokok pendorong untuk saling berkompetisi dalam melakukan kebaikan dan sebagai motivator yang mengevaluasi dan sebagai motivator yang memberikan evaluasi dan memberikan tuntunan dalam dalam perjalanan bangsa-bangsa pemilik peradaban-peradaban dalam mencapai kemajuan mereka. Pluralitas adalah sumber motivator terwujudnya penggambaran hidup yang terancar keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan dan kekhasan masing-masing perbedaan tersebut.
Allah berfirman:
“jikalau tuhanmu mrnghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi meraka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang yang diberi rahmat oleh tuhanmu, dan, untuk itulah Allah menciptakan mereka…”(Hud, 118-119).

Begitu juga Allah mengutus Muhammad sebagai rahatal lilalamin, artinya dengan diutusnya Muhammad sebagai rasul akan membimbing manusia untuk dapat mengendalikan perbedaan yang terjadi pada saat itu.
Keragaman dan Perbedaan Ketika Zaman Rosul
Kondisi jazirah yang luasnya membentang antara satu juta mil kali satu juta tiga ratus ribu mil ketika itu terdapat beberapa kelas masyarakat, yang kondisinya sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bermacam-macam kabilah (sebuah pemerintahan kecil yang asas keberadaannya adalah kesatuan fanatisme, adanyana manfaat timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar) mewarnai kehidupan di jazirah. Dengan adanya berbagai macam golongan dan status masyarakat yang dibeda-bedakan akibatnya kondisi social mereka bias diatakan lemah dan buta, kebodohan mewarnai berbagai aspek kehidupan, manusia hidup layaknya binatang, wanita di perjualbelikan bahkan di perlakukan layaknya benda mati, para pemegang kekuasaan dipenuhi kekeyaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat diperankan sebagai penghadang musuh.
Dalam kondisi seperti inilah rasululah dilahirkan dari keluarga bani hasyim di Mekah pada senin pagi, permulaan tahun pada peristiwa gajah. Sejak zaman kejayaan islam yaitu pada abad XVII-XX islam telah hidup dalam keberagaman (pluralitas). Banyak suku dengan berbagai adat yang dibawanya
Rosul berusaha untuk mengambil hati orang –orang arab yang masih mempunyai kehanifan yang tinggi dengan perbuatan lemah-lembut yang rosul tunjukan kepada mereka. Tapi tidak jarang rosul turun ke medan perang untuk mengajak umat kepada persatuan umat dalam ketauhidan.

Read More......